10 Jan 2010

Berbohong di Media Internasional, Melody Maker Diserang Komunitas Metal Tanahair

Beberapa hari terakhir ini di scene metal tanahair terjadi polemik online yang menuai kontroversi sangat panas antara band Melody Maker dengan para penggemar metal fanatik di sebuah situs berita metal internasional terkemuka, Metal Maniacs.

Sebagai informasi, Metal Maniacs merupakan majalah musik underground metal bergengsi di dunia yang terbit sejak tahun 1989 di New York City, Amerika Serikat. Majalah ini tahun 2009 berhenti terbit dan kini sebagai gantinya berubah format menjadi webzine di internet. Sampai sekarang Melody Maker tercatat sebagai band Indonesia pertama yang pernah diwawancara oleh Metal Maniacs.

Melody Maker adalah band yang mengklaim musik mereka sebagai black metalcore dan dibentuk di Jakarta sejak 2004. Sempat dibesarkan oleh komunitas J-rock hingga kini mereka telah merilis dua album bertitel Revenge From the Bleeding Lolita (2007) dan Symphony of Hatred (2008). Line up band ini terdiri dari Ahmad Mehdy Ghazali (vokal), Febryo Akbar Aman (vokal 2), Zakky Aulia Ahadi (bass), Ally Azman Qurani (gitar), Dika Yusuf Ciptadi (gitar), Muhammad Ibrahim Shibgatullah (drums) dan Reinaldo Yosua (piano).

Mereka mengaku mengambil nama band ini dari sebuah majalah musik pionir asal Inggris, Melody Maker, karena dulu sempat menyukai dan sering membaca majalah ini untuk mencari informasi tentang Oasis, band favorit mereka sebelumnya.

“Kami mengambil nama Melody Maker karena nggak mau nantinya terkungkung dalam satu genre musik saja, makanya memilih nama yang tidak terlalu seram tapi elegan,” jelas vokalis Ahmad Mehdy Ghazali.

Band ini belakangan memang tengah naik daun namanya di kalangan komunitas metal lokal dan bahkan sempat tampil pula di festival rock bergengsi Java Rockinland bulan Agustus tahun lalu.

Kemarahan para penggemar ekstrem metal ini awalnya dipicu oleh beberapa pernyataan yang dikeluarkan Ahmad Mehdy Ghazali ketika diwawancara via e-mail oleh Natalie Perez, kontributor Metal Maniacs.

Ketika menjawab pertanyaan tentang tur mereka dengan band death metal Swedia, Arch Enemy, Mehdy menjawab, “Tur bersama mereka sangat berkesan. Kami bermain di banyak kota di kawasan Asia Tenggara, tidak percaya rasanya. Mereka adalah musisi yang hebat dan kami banyak belajar dari mereka. Pengalaman yang sangat berharga bagi kami bisa belajar langsung dari profesional seperti mereka.”

Ratusan pembaca wawancara ini kontan marah, protes dan menuliskan komentar mereka secara panjang lebar di situs tersebut dengan berbagai kata-kata makian. Komentar mereka rata-rata menuding kalau Mehdy berbohong tentang tur Melody Maker bersama Arch Enemy. Pada kenyataannya Melody Maker hanya pernah tampil sekali membuka konser Arch Enemy di Tennis Indoor Stadium, Jakarta pada 28 Oktober tahun lalu. Tak pernah ada tur di banyak kota dan bagian manapun Asia Tenggara selain Indonesia.

Selain itu dalam wawancara yang memancing kemarahan komunitas metal tersebut Melody Maker juga menjelaskan mereka telah terbentuk sejak 8 tahun lalu dan memainkan musik dengan kombinasi pengaruh dari band-band “old school black metal” seperti Cradle Of Filth, Dimmu Borgir dan Behemoth. Faktanya, di dalam biografi mereka di MySpace jelas tertulis kalau band ini “dipatenkan pada awal 2004” dan bukan 2008.

Belakangan ketika hujatan semakin banyak dan memanas pihak manajemen Melody Maker lantas mengeluarkan pernyataan resmi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang disebar melalui situs Metal Maniacs tersebut pula.

“Mengenai interview antara Mehdy dengan Perez (Metal Maniacs) yang memuat bahwa Melody Maker telah melakukan tur dengan Arch Enemy. Statement dari Mehdy telah disalah artikan. Yang benar adalah, Melody Maker tidak terlibat dalam tur apapun dengan Arch Enemy dan hanya perform sebagai band pembuka di konser AE di Jakarta. Kami akan kirimkan klarifikasi mengenai hal ini ke Metal Maniacs dan kami akan sangat berusaha agar revisi mengenai hal ini dapat dimuat di edisi mendatang,” demikian isi pernyataan manajemen band tersebut.

Pernyataan ini diluar dugaan bukannya mendinginkan suasana malah semakin membuat amarah komunitas metal semakin meluas dan menjadi-jadi. Melody Maker dianggap membuat kebohongan lagi dengan menyebut pihak Metal Maniacs telah menyalahartikan atau melakukan misinterpretasi atas jawaban Mehdy.

Padahal wawancara kabarnya dilakukan via e-mail sehingga jika terjadi editing pun dilakukan untuk membenahi tata bahasa dan tidak mengubah esensi pernyataan aslinya, ini standar baku dalam praktik jurnalisme di media manapun. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan pihak Metal Maniacs belum merespon pernyataan yang dikirimkan via e-mail tentang isyu misinterpretasi ini.

Akhirnya, berbagai ancaman boikot dan ancaman dengan kekerasan kepada Melody Maker mulai datang dari berbagai kota basis metal di seluruh Indonesia via situs tersebut. Sebut saja dari Bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Lampung hingga Manado. Ditulis disana kalau mereka berjanji akan melakukan apa saja untuk menghadang konser Melody Maker di kota mereka.

Saat dihubungi Rolling Stone via telepon, vokalis Ahmad Mehdy Ghazali mengaku belum pernah menerima ancaman apapun secara langsung, sms atau ponsel selain dari situs Metal Maniacs tersebut.

“Bebas saja kalau mereka protes atau memaki-maki kami, itu hak mereka juga, ini kan negara demokrasi. Tapi kalau mereka serius mau main kekerasan, terus terang kami nggak pernah takut, kami akan hadapi,” tegas Mehdy.

Menurutnya, telah terjadi miskomunikasi antara dirinya dengan Natalie Perez ketika diwawancara via chat di Yahoo Messenger (bukan via e-mail seperti tertulis sebelumnya). Ia menjelaskan kalau Natalie adalah kontributor di beberapa penerbitan metal dan salah satunya Metal Maniacs.

Awalnya Natalie menghubungi Melody Maker via MySpace dan sempat menonton aksi mereka dari YouTube sebelum mengajukan permohonan wawancara dengan band. Mehdy sendiri mengaku kaget mendapat tawaran wawancara di Metal Maniacs karena sepanjang band ini berdiri belum pernah mereka diwawancara media asing. “Walau kontroversial mungkin ini berkah juga bagi band kami,” jelasnya.

“Saya sendiri kaget melihat hasil editing bahasa Inggris yang keren banget jadinya. Tapi terus terang saya nggak pernah mengeluarkan statement sama sekali kalo band kami terpengaruh band-band old school black metal seperti Cradle of Filth, Dimmu Borgir atau Behemoth. Itu datang dari dia,” imbuhnya lagi.

Sementara ketika di hubungi secara terpisah, Andyan Gorust, drummer Deadsquad berkomentar, “Kalau melihat jawaban dari Mehdy seperti itu, kok nggak mungkin rasanya diubah sama Metal Maniacs, apalagi wawancara via e-mail. Mungkin Mehdy awalnya nggak sadar aja kalau statement dia bakal berdampak sebesar ini di scene metal.”

Setelah wawancara tersebut dipublikasikan di situs Metal Maniacs dan terjadi kontroversi, Mehdy sempat mengajukan keberatan kepada Natalie dan meminta artikel itu diturunkan karena menurutnya berdampak tidak bagus bagi karir bandnya. Natalie menolak melakukan hal itu karena menurutnya artikel itu sudah fixed dan dipublikasikan. “Namun dia berjanji akan membuat klarifikasi tentang kontroversi ini di edisi Metal Maniacs berikutnya,” jelasnya.

Kontroversi akhirnya mereda setelah pihak manajemen Melody Maker pada hari Kamis (7/1) petang kembali merilis pernyataan terbaru via Facebook yang menjelaskan sebagai berikut:

“Untuk masalah interview, kami akui bahwa pemilihan kata Tour yang terdapat dalam wawancara itu adalah suatu kesalahan yang cukup fatal, seharusnya yang lebih tepat adalah single show sebagai band pembuka konser Arch Enemy yang diselenggarakan di Jakarta dan kami meminta maaf atas kekhilafan tersebut. Kami memang hanya tampil sekali sebagai band pembuka Arch Enemy dalam rangka tur mereka di wilayah Asia, bukan mendampingi dan terus tampil bersama di seluruh rangkaian tour tersebut. Permintaan untuk klarifikasi masalah ini sudah kami kirimkan ke pihak redaksi webzine Metal Maniacs dan saat ini tinggal menunggu respon dari mereka.”

Uniknya, ketika Rolling Stone mewawancara usai keluarnya pernyataan resmi diatas, Mehdy tetap bersikeras kalau ia tidak pernah menulis kalau Melody Maker pernah menggelar tur dengan Arch Enemy di banyak kota di Asia Tenggara.

“Wawancara itu sebenarnya belum lengkap, masih ada 4 pertanyaan lagi yang belum terjawab dari 15 pertanyaan yang Natalie berikan. Tapi karena dia terdesak deadline katanya, ia meminta saya untuk mempercayakannya saja ke dia. Nggak tahunya ditulisnya seperti itu, kami tur Asia Tenggara dengan Arch Enemy,” tegas Mehdy.

Entah akhirnya siapa yang benar dan salah dalam hal ini, mungkin ada baiknya Mehdy menyimak komentar gitaris Siksakubur, Andre Tiranda, berikut ini, “Menurut gue, kalau mau menjadi public figure, hal pertama itu mesti jujur sama diri elo sendiri dulu. Wawancara itu lucu, gue bingung mesti bilang apa, tapi seharusnya dia meminimalisasi terlihat bodoh di depan publik karena itu media internasional, semua orang di dunia pasti bisa baca. Semoga ini menjadi pelajaran.”

0 komentar:

Posting Komentar